Sekolah Akreditasi A, atau Orang Tua Akreditasi A?
Sebentar lagi tahun ajaran baru yaa teman-teman... Mungkin ada teman-teman yang buah hatinya akan masuk TK, SD, SMP, pokoknya jenjang pendidikan yang baru lah ya... Sebagai orang tua tentunya kita ingin memasukkan anak kita ke sekolah terbaik, dari segi kualitas guru-gurunya, sistem belajar mengajarnya, lingkungan sekolahnya, sampai output yang dihasilkan atau kualitas lulusannya.
Saya juga sama, tahun ini insyaallah anak lanang masuk SD. Belajar dari pengalaman kakaknya yang kini duduk di kelas 3, saya mencoba mencari informasi mengenai beberapa SD di sekitar tempat tinggal kami sejak jauh-jauh hari. Dulu saat akan memasukkan Naila ke SD, kondisi kami yang belum lama pindah ke Depok, dan tanpa sanak saudara atau teman dekat yang berdomisili di daerah kami, membuat kami praktis hampir tidak memiliki referensi yang memadai mengenai sekolah yang baik. Tentu, banyak SDIT yang sudah cukup punya nama di sekitar sini, tetapi biaya masuk ke sekolah-sekolah tersebut sungguh luar biasa, terutama bagi kami yang baru selesai pindahan dan baru saja memulai cicilan KPR hehehe… Jadi pilihan kami saat itu tertuju pada SD negeri yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah. Bagusnya, SD ini beberapa tahun terakhir berhasil menelurkan anak-anak dengan NEM yang tinggi.
Namun seiring berjalannya waktu, kami (saya dan suami) menyadari kurangnya penanaman ilmu agama di sekolah negeri. Pada awalnya kami berusaha mengimbanginya dengan mengikutkan Naila mengaji di TPA, tetapi setelah kelas 3 ternyata hal ini tidak memungkinkan lagi karena jam pulang sekolahnya terlalu sore.
Pentingnya kebutuhan akan pemahaman ilmu agama yang lebih luas dan menyeluruh semakin terasa setelah Adeeba pergi. Adeeba yang masih murni, bersih, insyaallah pasti masuk ke surganya. Namun ada kakak-kakak Adeeba yang insyaallah masih panjang jalannya, yang menjadi tanggungjawab kamilah, lurus dan bengkoknya hidup mereka. Kami sebagai orang tua seakan disadarkan bahwa tidak ada hal yang lebih baik untuk diwariskan kepada anak-anak kami selain pedoman hidup yang diridhai Allah.
Pentingnya kebutuhan akan pemahaman ilmu agama yang lebih luas dan menyeluruh semakin terasa setelah Adeeba pergi. Adeeba yang masih murni, bersih, insyaallah pasti masuk ke surganya. Namun ada kakak-kakak Adeeba yang insyaallah masih panjang jalannya, yang menjadi tanggungjawab kamilah, lurus dan bengkoknya hidup mereka. Kami sebagai orang tua seakan disadarkan bahwa tidak ada hal yang lebih baik untuk diwariskan kepada anak-anak kami selain pedoman hidup yang diridhai Allah.
Lalu alhamdulillah, akhirnya saat akan memasukkan Lintang ke SD, kami memperoleh informasi mengenai sekolah islam yang tidak terlalu berat biayanya, namun kualitasnya cukup baik (sudah terakreditasi A). Kami daftarkan Lintang ke sekolah tersebut, dan saat ini kami juga berusaha memindahkan Kakak Naila ke sekolah yang sama. Semoga saja bisa ya…
Demikianlah tadi sekelumit pengalaman saya mencarikan sekolah untuk anak-anak. Semua dalam rangka ikhtiar memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putri kami. Saya yakin teman-teman juga memiliki pengalaman yang unik dalam hal ini.
Sungguh tidak salah kan ya...mencari dan memilihkan sekolah terakreditasi A untuk anak-anak kita. Tetapi tentu pernah kita dengar, “Tuh lihat anaknya bu A, masih SMP sukanya nongkrong, ngerokok sama teman-temannya di warung sana tuh, padahal dulu disekolahkan di SD favorit lho…”
Atau, “Ya ampuun, si neng B itu ya...dulu SD SMP di sekolah islam, lha kok sekarang dandannya malah kayak artis korea gitu...rambutnya dimerah-merahin, baju-bajunya kurang bahan…”
Atau yang paling dekat dengan realita deh, banyak orang dewasa yang memiliki gelar akademis begitu panjang di depan dan belakang namanya, namun dengan tanpa malu-malu mencuri uang rakyat, menjilat sana-sini demi kepentingan pribadi, atau menyebarkan fitnah dan kebencian terhadap saudara sendiri.
Dan cerita-cerita semacamnya.
Semua itu membuat saya teringat pada kata-kata Ayah Edi (kenal kan...ada FPnya ya di facebook) yang isinya kurang lebih adalah anak-anak sebenarnya lebih membutuhkan orangtua terakreditasi A, daripada sekolah terakreditasi A.
Tentu sangat baik memasukkan anak kita ke sekolah terbaik, tetapi lebih penting lagi bagi anak-anak untuk mendapat didikan dan bimbingan yang terbaik dari orang tuanya.
Hal ini selaras juga dengan isi ta’lim Ust. Herfi Ghulam F yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Bahwa sesungguhnya tanggungjawab orangtua mendidik anaknya tidak pernah selesai sampai ajal tiba.
Dari orangtuanyalah, anak-anak mengenal adab. Adab tidak diajarkan, tetapi ditularkan. Orang tua terakreditasi A, atau orang tua dengan adab yang baik tentu akan menularkan adab yang baik juga kepada anak-anaknya. Adab adalah sesuatu yang wajib dimiliki anak manusia sebelum ia menuntut ilmu.
Dengan menanamkan adab sejak dini, insyaallah ilmu-ilmu yang didapatkan anak kita di sekolah, madrasah, atau TPA akan lebih menunjang perkembangan mereka ke arah yang positif.
Setidaknya ada beberapa adab yang harus dikenalkan kepada anak sebelum melepasnya untuk menuntut ilmu, diantaranya:
Dari orangtuanyalah, anak-anak mengenal adab. Adab tidak diajarkan, tetapi ditularkan. Orang tua terakreditasi A, atau orang tua dengan adab yang baik tentu akan menularkan adab yang baik juga kepada anak-anaknya. Adab adalah sesuatu yang wajib dimiliki anak manusia sebelum ia menuntut ilmu.
Dengan menanamkan adab sejak dini, insyaallah ilmu-ilmu yang didapatkan anak kita di sekolah, madrasah, atau TPA akan lebih menunjang perkembangan mereka ke arah yang positif.
Setidaknya ada beberapa adab yang harus dikenalkan kepada anak sebelum melepasnya untuk menuntut ilmu, diantaranya:
- Adab kepada Allah, yaitu tauhid yang benar. Menjadi kewajiban orang tualah menanamkan tauhid yang benar sejak dini. Dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw sedang mengendarai kuda bersama Abdullah bin Abbas yang masih berusia 10 tahun, beliau mengatakan bahwa jika ingin meminta sesuatu maka mintalah kepada Allah. Juga ada wasiat Luqman untuk anaknya, yaitu jangan menyekutukan Allah.
- Adab kepada Rasul, yaitu mengenalkan anak-anak kepada Rasul agar mengikuti sunnahnya.
- Adab kepada sesama muslim terutama orang tua. Ajarkan anak untuk menghormati kedua orang tua, ingatkan bahwa anak yang durhaka terhadap orang tua azabnya tidak menunggu di akhirat tetapi diturunkan di dunia.
- Adab kepada guru. Ulama dan umat terdahulu sangat menghormati seorang guru, bahkan seorang Umar bin Abdul Aziz pernah menggunduli rambut putranya setelah mendapat laporan bahwa putranya itu terlambat menemui gurunya karena tukang sisir kerajaan menyisirinya sangat lama. Menjadi orang tua terakreditasi A tentu membutuhkan banyak pengorbanan, perjuangan, dan tentu saja doa. Orang tua harus terus belajar, meningkatkan kualitas diri sebagai hamba Allah yang bertakwa dan sebagai orang tua yang patut diteladani.
Itulah sedikit hal yang dapat saya sarikan mengenai pentingnya peran dan tanggungjawab orang tua dalam pendidikan dan pembentukan anak. Saya tuliskan di sini tentunya lebih sebagai sarana pengingat diri, karena sebenarnya saya sendirilah yang lebih banyak mengambil manfaat dari tulisan-tulisan saya di blog ini.
Wallahua'lam bishawab.
Wallahua'lam bishawab.
Subhanallah.. Uvee...
BalasHapus