Tragedi Bolu Pisang


Judulnya dramatis amat ya… Tapi ini memang sedikit mengenaskan sih hehe… Jadi ceritanya saya dapat pesanan bolu pisang dari seorang teman, untuk hari sabtu sore. Karena hari sabtu banyak yang harus saya kerjakan, jadilah saya buat kuenya hari jumat sore, sembari menyiapkan hidangan berbuka.

Singkat cerita, jadilah 2 loyang bolu pisang yang kalau sedang dioven wanginya semerbak ke seantero rumah. Bolu ini saya letakkan dalam kemasan mika tertutup, tapi tutupnya belum saya staples karena besok paginya akan saya potong-potong, sesuai permintaan pemesan. Saya simpan bolu pisang itu di ruang tamu semalaman.

Keesokan paginya setelah sahur, saya bermaksud memotong bolu tersebut, tetapi ternyata salah satu bolu terlihat tidak sama seperti saat saya menyimpannya tadi malam. Walaupun kuenya masih dalam kondisi tertutup, tetapi bagian permukaannya seperti sudah dikuliti. 



Hal ini benar-benar aneh, karena anak-anak saya tidak mungkin sampai jahil seperti itu dengan kue yang mereka tahu adalah pesanan orang, dan sebenarnya mereka juga tidak terlalu tertarik dengan bolu pisang ini karena lebih menyukai brownies atau marble cake.

Akhirnya saya berkesimpulan bahwa pelakunya mungkin salah satu dari dua jenis makhluk yang sering berkeliaran di rumah kami.

Yang pertama, semut. Di rumah kami, saat malam hari banyak berkeliaran semut-semut hitam besar, yang sering terlihat di tanah dan rerumputan. Mereka dengan cerdik selalu memiliki cara untuk masuk ke dalam rumah. Beberapa kali saya mendapati gula pasir kemasan yang saya simpan di dalam lemari tiba-tiba berceceran isinya ketika diangkat, dan semut-semut hitam besar itu sudah berada di dalam kemasan plastik gula, dengan membuat lubang-lubang kecil di bagian ujung kemasannya. Jadi bukan tanpa alasan saya menuduh para semut ini pelaku perusakan kue saya.

Tersangka yang kedua, cicak, walaupun saya cukup ragu kalau mereka bisa sedemikian rapi menguliti kue saya. Hanya saja saya pernah beberapa kali menemukan cicak sedang berada di wadah makanan yang kebetulan saya lupa menutupnya. Tapi...memang agak aneh juga sih membayangkan cicak menguliti permukaan kue seluas itu.

Tapi siapapun pelakunya, saya tetap memiliki tugas tambahan, yaitu baking lagi untuk menggantikan kue yang sudah tidak utuh tadi, dan melakukan sesuatu terhadap kue yang menjadi korban supaya tidak mubazir.

Akhirnya saya mengiris bagian atas kue yang rusak tadi, untuk mengurangi risiko kontaminasi apapun yang mungkin dibawa oleh pelaku (semut atau entah apa), lalu saya panggang lagi sebentar. Pemanggangan ulang ini menyebabkan bagian luar kue jadi sedikit crispy, tapi bagian dalamnya masih tetap lembut. Setelah dingin, saya siram permukaannya dengan cokelat leleh, dan taburan cokelat chip. Kurang meriah, karena sedang tidak memiliki stok irisan almon atau kacang tanah, saya tambah taburannya dengan kismis arab.

Dan beginilah jadinya, anak-anak senang, emakpun lega karena kue tidak jadi mubazir.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia Bayi Down Syndrome?

BAYI-BAYI SURGA

Pengalaman Membuat Proyek Kemandirian Bersama Anak